Mahasiswa Yogya Lebih Suka Beli Pulsa Daripada Buku
ditulis oleh: yosep gobai
Mahasiswa di Yogyakarta ternyata lebih suka membeli pulsa telepon genggam daripada membeli buku kuliah. Untuk membeli pulsa setiap bulannya, rata-rata mereka rela merogoh kocek Rp 90.200. Sedang untuk membeli buku pelajaran hanya Rp 39.750.
Demikian biaya hidup mahasiswa Yogyakarta tahun 2008 yang dipaparkan peneliti salah satu pegawai kopertis wilayah 5 , Ardito Bhinadi di jalan tentara pelajar Yogyakarta, Rabu (03/12/2008). Survei itu dilakukan bekerjasama dengan Bank Indonesa (BI) Yogyakarta.
"Ini menarik untuk dicermati, ternyata pengeluaran untuk membeli pulsa HP lebih besar daripada untuk membeli buku pelajaran yakni 7 persen dibanding 3 persen," kata Ardito.
Menurut Ardito, ada 3 komponen biaya hidup terbesar yakni makanan dan minuman, 31 persen, pondokan 17 persen dan transportasi sebesar 10 persen. Rata-rata biaya hidup mahasiswa pada tahun ini sebesar Rp 1.278.350/bulan. Rinciannya, untuk mahasiswa program diploma Rp 1.208.100, S1 Rp 1.60.800 dan S2 Rp 2.182.000/bulan.
"Dalam setahun mereka memberikan sumbangan terhadap pendapatan daerah sebesar Rp 4,6 triliun atau 12,25 persen dari PDRB DIY," katanya.
Untuk biaya pondokan, kata Ardito, rata-rata sebesar Rp 220.100/bulan atau Rp 2.641.200/tahun. Mereka lebih banyak memilih pondokan yang berdekatan dengan kampus tempat studi. Selain itu, mahasiswa juga lebih suka memilih makan di warung tenda daripada makan di restoran.
"Alasannya harga terjangkau dan lebih dekat. Dan ini bisa menggerakan roda perekonomian sektor informal terutama yang berdekatan dengan kampus dan pondokan," kata Ardito didampingi Kepala BI Yogyakarta, Tjahjo Oetomo.
Menurut dia, penelitian itu dilakukan terhadap 300 responden terdiri 53 persen laki-laki dan 47 persen dengan usia rata-rata 21-25 tahun. Sebagian besar responden berasal dari Jawa, yakni 77 persen. Sedangkan dari Sumatera 14 persen, Kalimantan 6 persen dan sisanya 3 persen dari berbagai wilayah lainnya di Indonesia.
"Responden juga berasal dari berbagai bidang ilmu, terbesar non eksakta 51 persen, teknik 28 persen, eksakta 16 persen dan kedokteran 5 persen dengan tahun masuk studi 2004 - 2008. Dan mereka mempunyai indeks prestasi kumulatif (IPK) antara 3-3,5 sebesar 59 persen, IPK di atas 3,5 sebesar 15 persen, IPK 2,50-2,99 sebesar 21 persen dan kurang dari 2,50 sebanyak 5 persen," pungkas dia.
(sumber Merapi)
Kongres Rakyat Papua III Tetap Digelar
-
JAYAPURA –Ketua Panitia Pelaksana Kongres Papua III, Selpius Bobii,
didampingi beberapa tokoh adat dan tokoh pemuda Papua menyatakan kongres
Papua III teta...
12 tahun yang lalu