BERITA TERHANGAT DARI LINTAS BANGSA PAPUA BARAT ; ;

Sabtu, November 22, 2008

Isak tangis Warnai aksi demo Mahasiswa


SAK TANGIS : Para mahasiswa - mahasiswi dari 4 PT mewakili 17 PTS di Papua meneteskan air mata saat menyanyikan lagu-lagu pujian dihadapan anggota DPRP, Jumat (21/11). Tetesan air mata sebagai bentuk rasa kecewa atas terjadinya diskriminasi dari pemerintah Papua terhadap anak-anak Papua.

JAYAPURA (PAPOS) –Isakan tangis warnai aksi demo ratusan mahasiswa-mahasiswi dari empat Perguruan Tinggi Swasta (PTS) mewakili 17 PTS di Papua di DPRP, Jumat (21/11) siang. Alhasil, anggota DPRP yang turun menemui massa larut dalam kesedihan, khususnya para mama-mama anggota DPRP.
Dalam orasi yang disampaikan massa bahwa anak-anak Papua yang belajar di PTN dan PTS terjadi disikriminasi. Mengapa waktu Pesparawi di Australia, pemerintah provinsi menyiapkan dana yang cukup besar, sementara anak-anak Papua dari PTS saat mengikuti Pesparawi di Salatiga, hanya dibantu Rp 121 juta. Dana sebesar itu untuk membiayai sebanyak 176 anggota kontingen Pesparawi dari empat PTS. Walau demikian ujar massa dalam orasinya, dengan keterbatasan anggaran yang diterima, kontingen tetap berangkat menumpang kapal putih disertai doa. Hasilnya, cukup membanggakan nama Papua harum di seluruh Indonesia. Tim Pesparawi Papua berhasil membawa pulang 2 emas, 5 perak dan 3 perunggu.

Parahnya, ujar massa selama kontingen Pesparawi PTS Papua di Salatiga, tidak satupun petinggi Papua yang hadir mengunjungi mereka. Beda halnya saat keberangkatan Pesparawi ke Australia, mereka diberangkatkan secara resmi dan diterima seperti pahlawan pulang dari pertempuran di Papua.

‘’Kami di Salatiga, hidup apa adanya dan penuh keterbatasan, tidak tahu mengadu kepada siapa. Tim lain selalu mengagung-agungkan tim Pesparawi Papua yang begitu kaya dan uang banyak, tetapi nyatanya kami hidup menderita dan melarat selama di Salatiga, demikian juga saat pulang dan sampai di Jayapura. Padahal kami ini anak-anak asli Papua yang dilahirkan seorang mama-mama asli Papua dan tidak ada bedanya dengan anak-anak asli Papua lainnya, tetapi kenapa kami didiskriminasikan,’’ ujar salah seorang mahasiswi dengan linangan air mata.

Jeritan hati yang disampaikan mahasiswi ini dalam orasinya mampu menghipnotis semua massa baik aparat, staf dan anggota DPRP yang hadir, semua diam seribu bahasa, larut dalam kesedihan. Bahkan wakil ketua Komisi E DPRP (Membidangi Pendidikan) Dra. Hulda Wanggober, MM nampak dari raut wajahnya sedih.

Kendati saat aksi demo hujan gerimis, tetapi semangat massa untuk menyampaikan orasi dan aspirasinya ke DPRP tidak surut. Justru massa semakin getol menyuarakan terjadinya diskriminasi dalam dunia pendidikan di Papua.’’ Kedatangan hujan ini menunjukkan bahwa alam pun ikut sedih, melihat anak-anak Papua didiskriminasikan,’’ kata salah seorang mahasiswa dalam orasinya.

Usai menyampaikan orasinya, massa menyerahkan aspirasinya dan diterima oleh ketua wakil ketua Komisi E DPRP Dra. Hulda Wanggober didampingi anggota komisi D Januarti Widiastuti dan anggota Komisi D Elly Mundoni. Hulda mengatakan secara terus terang bahwa di lembaga ini tidak ada dana bantuan, tetapi setiap profosal yang diajukan ke DPRP disampaikan ke instansi terkait.

Untuk itu, ia meminta kepada massa melalui perwakilannya sebanyak 8 orang agar ikut hadir dalam sidang penyampaian laporan-laporan fraksi di ruang sidang DPRP, Jumat (21/11) malam untuk melihat serta mendengar bahwa aspirasi yang disampaikan oleh mahasiswa-mahasiwi akan disampaikan pada sidang.
‘’Saya minta kepada adek-adek mahasiswa agar membuat laporan perjalanan disertai laporan keuangan sekarang secara rinci untuk disampaikan nanti malam (Jumat malam, red) diruang sidang. Dengan demikian nanti dicari bagaimana jalan keluarnya bersama eksekutif, karena adek-adek membawa nama Papua bukan nama pribadi,’’ katanya yang disambut yel-yel dari mahasiswa serta ditutup dengan koor dari kontingen Pesparawi doa bapak kami yang disorga. Usai menyanyi massa pulang dengan aman dan tertib. (bela)

0 komentar:

Template by : YOSEP GOBAI komunitas-paniai.blogspot.com