BERITA TERHANGAT DARI LINTAS BANGSA PAPUA BARAT ; ;

Kamis, Juli 09, 2009

Bintang Kejora Berkibar di 5 Tempat


Kapolda: Itu Untuk Cari Perhatian Saja

JAYAPURA -cenderawasihpos. Meski Polda Papua telah melakukan antisipasi terhadap 1 Juli yang diklaim merupakan HUT Organisasi Papua Merdeka, ternyata Bendera Bintang Kejora yang merupakan simbol Organisasi Papua Merdeka (OPM) dilaporkan telah berkibar di 5 tempat berbeda di wilayah Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura dan Keerom.
Setidaknya, Bendera Bintang Kejora dilaporkan telah ditancapkan di depan pagar SMPN 5 Keerom di Kampung Yanamaa, Distrik Arso, Kabupaten Keerom, sekitar pukul 03.00 WIT kemarin. Tidak jauh dari tempat tersebut, ditemukan juga Bendera Bintang Kejora Dikibarkan di Kampung Workwama, Perkebunan Kelapa Sawit Pir 2 Arso, tepatnya di perbukitan dengan ketinggian sekitar 50 meter dari jalan utama.


Selain itu, dikabarkan juga, bendera bercorak cerah itu berkibar sekitar pukul 05.45 WIT di dua tempat terpisah di Sentani, Kabupaten Jayapura, yakni di atas sebuah gunung di belakang Koramil. Bendera di pasang badan salib. Sementara Bendera Bintang Kejora lainnya dikibarkan di ujung landasan Bandara Sentani, Kabupaten Jayapura.
Tidak hanya itu, bendera milik OPM tersebut diduga juga telah dikibarkan di sebuah tempat di Waena, yakni di daerah perbatasan antara Kota Jayapura dengan Kabupaten Jayapura.
Dari data yang dihimpun Cenderawasih Pos, 2 Bendera Bintang Kejora yang dilaporkan berkibar di Sentani diperkirakan telah dikibarkan sejak malam harinya dan baru diketahui pukul 06.00 WIT pagi hari, dan barang bukti berupa bendera tersebut khususnya di atas bukit langsung diamankan oleh pihak Koramil Sentani.
Kapolres Jayapura, AKBP Mathius Fakhiri SIK, saat dikonfirmasi, membenarkan adanya aksi pengibaran bendera pada dua titik tersebut.
"Ya memang ada informasi yang kami dengar seperti itu adanya pengibaran bendera di Bandara Sentani dan di atas bukit di belakang Koramil Sentani," ungkapnya kepada Cenderawasih Pos disela-sela anjangsana di Panti Asuhan dan Pondok Pesantren YPKP Sentani, Rabu, (1/7).
Kata Kapolres, meski mengetahui ada informasi pengibaran bendera, namun barang bukti (BB) belum ditemukan. Untuk itu, penyidik akan mengkonfirmasikan ke pihak Koramil guna mengetahui secara pasti tentang permasalahan pengibaran Bintang Kejora itu.
Termasuk siapa saja yang mengetahui akan persoalan itu diharapkan partisipasinya memberikan informasi, termauk barang bukti kepada penyidik. "Namun persoalan itu akan tetap ditindaklanjuti untuk mengetahui siapa sebenarnya pelaku dan dalang utama pengibaran Bintang Kejora tersebut," jelas Kapolres Fakhiri.
Menanggapi adanya pengibaran Bendera Bintang Kejora ini, Ketua Dewan Adat Papua, Forkorus Yomboisembut menandaskan, bila dilihat dari pengalaman-pengalaman sebelumnya aksi pengibaran bendera itu bukan dilakukan oleh masyarakat adat Papua, tapi pihak lain yang dengan sengaja memanfaatkan situasi yang ada guna mengkambing hitamkan orang atau organisasi tertentu.
Kedua, jika memang orang adat Papua yang mengibarkan, maka orang itu digunakan oleh para penguasa yang memiliki kuasa, uang dan fasilitas yang kemudian oknum itu menjadi agen provokasi.
"Saya lihat ini bermuara bagaimana penguasa itu menjerat organisasi tertentu ke masalah hukum. Contohnya saja yang dulu ditemukan di kantor DAP ada senjata, padahal mana ada kami punya senjata?," tandas Forkorus di kediamannya, kemarin.
Menurutnya, setelah organisasi tersebut dijerat hukum, maka langkah selanjutnya penguasa itu membersihkan orang tadi gunakan itu guna tidak diketahui siapa yang menjadi pelaku yang sebenarnya.
Ditegaskan, jika dilihat dari lokasi pengibarannya, yaitu di belakang Koramil di Sentani, sudah pasti itu adalah orang pintar bukan orang bodoh. Dan orang itu sudah pasti diiming-iming dengan janji.
"Ya nyatakan bahwa pada dasarnya skenarionya sudah diatur sedemikin bagus untuk memojokan organisasi tertentu yang bertujuan memberikan efek jera," tukasnya lagi.
Ia juga mempertanyakan bahwa kenapa selama ini jika pihak TNI yang menemukan dan menahan BB Bintang Kejora. Nah ini jelas suatu kejanggalan karena TNI tugasnya bertempur, dan kenapa itu tidak diserahkan ke Polisi yang punya kewenangan untuk melakukan penyidikan itu.
Ditambahkannya, setahu dirinya jika TPM menaikan Bintang Kejora, mereka tidak menaikan di belakang Kantor Koramil dan lainnya, tapi mengibarkan di markasnya atau tempat-tempat yang sudah dikhususkan. Dan itupun melalui prosesi penting, contohnya menyanyikan lagu kebangsaan.
Terkait dengan itu, diharapkan kepada masyarakat Papua supaya tetap tenang, jangan terpengaruh dengan isu yang tidak bertanggungjawab, jangan ikut jadi agen profokasi, supaya tidak terlibat dalam kasus hukum, karena itu tidak ada untungnya.
Sementara untuk Bendera Bintang Kejora yang berkibar di dua tempat di Kabupaten Keerom sempat diturunkan oleh anggota Polres Keerom setelah mendapatkan informasi dari masyarakat, selanjutnya diamankan ke Mapolres Keerom bersama kayu sekitar 3 meter yang digunakan untuk menancapkan bendera tersebut. Diketahui, bendera tersebut diperkirakan berukuran 1 meter x 72 cm. Hingga kini pelaku pengibaran belum diketahui, diduga mereka langsung melarikan diri setelah mengibarkan bendera tersebut, seperti kejadian-kejadian sebelumnya.
Kapolda Papua Irjen Pol Drs FX Bagus Ekodanto saat dikonfirmasi membenarkan adanya pengibaran bendera Bintang Kejora tersebut. Hanya saja, Kapolda mengakui baru mendapatkan laporan pengibaran bendera bintang kejora tersebut di dua tempat di Keerom.
"Sesuai laporan yang saya terima hanya di daerah Keerom saja, itupun sudah diantisipasi," kata Kapolda Bagus Ekodanto di Lapangan SPN Jayapura usai upacara HUT Bhayangkara ke-63, 1 Juli 2009 kemarin.
Kapolda mengatakan informasi yang diperolehnya, bahwa pengibaran bendera Bintang Kejora itu ditempatkan di depan pagar sekolah SMPN 1 Keerom dan beberapa meter jalan arah bukit di Kampung Workwama, Keerom.
Kapolda menilai pelaku yang mengibarkan merupakan masyarakat yang tidak puas, karena kesejahteraan atau hal lainnya sehingga melakukan hal tersebut. "Itu bentuk mencari perhatian saja," ungkap Kapolda.
Yang jelas, tegas Kapolda Bagus Ekodanto, pelaku pengibaran Bendera Bintang Kejora tersebut, jelas melakuakn pelanggaran terhadap ketertiban umum. " Mereka melanggar ketertiban umum, maksudnya dalam arti kepentingan orang per orang, bukan kelompok. Yang pasti, dilakukan oleh orang perorang dan sampai saat ini belum ada yang mengaku bertanggungjawab," ujarnya.
Sementara itu ditanya kekuatan TPN/OPM di Papua? Kapolda mengakui belum tahu secara persis, namun yang jelas kelompok tersebut ada di Tingginambut, Kabupaten Puncak Jaya, perbatasan Papua New Guinie (PNG) namun relatif kecil jumlahnya.
Kapolda menegaskan bahwa pada peringatan HUT Bhayangkara 1 Juli 2009 ini, jauh relatif aman di seluruh Papua, apalagi kesadaran masyarakat juga makin meningkat, karena mereka mengetahui bahwa pengibaran Bendera Bintang Kejora tersebut merupakan kepentingan orang-orang tertentu saja.
Khusus di Tingginambut, Puncak Jaya, Kapolda mengungkapkan bahwa 3 hari lalu, sempat terjadi insiden penembakan terhadap iring-iringan masyarakat yang membawa bahan makanan lewat jalan dari dari Wamena-Mulia, namun namun tidak ada korban jiwa dan hanya mengenai kendaraan saja. "Tim saya dari Brimob juga sudah lidik di Tingginambut," ujarnya.
Terkait dengan pengamanan Pemilu presiden yang sudah dekat, Kapolda menambahkan pihaknya juga sudah berkoordinasi dengan KPU Provinsi Papua untuk mempersiapkan Pemilu lebih baik, sehingga pihaknya berharap pelaksanaan Pilpres lebih baik dari Pemilu legislatif beberapa bulan lalu. "Semoga tidak terjadi ( gangguan keamanan, red) dan kita terus lakukan upaya untuk mengantisipasinya," imbuhnya. (nls/bat)

selengkapnya......

Sabtu, Juli 04, 2009

Kontak Senjata di Yapenwaropen, Satu OPM Ditangkap Polisi


JAKARTA, KOMPAS— Pada Kamis (2/7), telah terjadi kontak senjata antara Polri dan anggota Tentara Pembebasan Nasional Organisasi Papua Merdeka (TPN OPM) di Yapen Waropen, Papua. Satu orang anggota TPN OPM terluka dan satu orang tertangkap oleh Polri.

"Alhamdulillah, kemarin ada kontak senjata di Yapen Waropen, Desa Poiway. Berhasil ditangkap satu anggota kelompoknya si Eric Manitori," ujar Kapolri Jenderal Polisi Bambang Hendarso Danuri kepada wartawan di Mabes Polri, Jakarta, Jumat (3/7). Satu orang yang tertangkap itu bernama Natanael (27) yang beralamat di Korongbobi, Serui.

Bersama Natanael, Polri juga mengamankan sejumlah barang bukti. Barang bukti itu berupa empat senjata laras panjang rakitan, satu pelontar granat rakit, sebuah pistol rakit, empat sangkur, satu badik, tujuh pisau tulang beracun, delapan amunisi SS1, LE dan moser masing-masing tiga butir, dua butir revolver, tiga buah bendera bintang kejora, 14 ikat kepala jimat warna merah, dan lima berwarna hitam.

Selain itu, Polisi juga menyita tujuh seragam loreng OPM, bahan makanan sagu, 203 lembar kartu tanda anggota TPN OPM, dokumen rencana penyerangan bandara Kapeso, 17 busur dan 144 anak panah 144 serta sebilah bambu runcing. Ada juga 16 kalung jimat, sembilan kalung salib, lima batu jimat, lima taring babi, sebuah ransel militer, tujuh Al kitab, dan foto lima lembar.

Sementara itu, anggota TPN OPM yang terluka dibawa kabur rekannya. Kapolri berencana menggelar operasi kepolisian untuk menciptakan kedamaian di wilayah tersebut. "Mudah-mudahan, insya Allah, ke depan kita akan gelar operasi kepolisian agar anggota kita dan masyarakat tenteram di sana," tuturnya.

selengkapnya......

Jumat, Juli 03, 2009

Polisi Indonesia Kembali Menewaskan Seorang Warga Sipil Papua di Enarotali


Enarotali, Aparat Kepolisian Indonesia kembali melakukan penembakan terhadap warga sipil Papua. Dari Enarotali Papua dilaporkan, polisi menembak mati seorang warga sipil bernama Mika Boma (40), Selasa (30/06) di Enarotali Papua. Sementara, 3 orang lainnya masih kritis. Mereka antara lain, Pentetius Boma (40) tertembak pada bahu sebelah kanan; Marthen Pigai (27) tertembak pada perut dan mengakibatkan usus kecil keluar; dan Simon Keiya (22) tertembak pada kaki kiri.

Menurut pengakuan seorang saksi, Mika ditembak dari belakang dari jarak 10 meter dari halaman Brimob Aikai di Enarotali Paniai. Saksi tersebut mengatakan, “Kami tidak mengerti mengapa brimob menembak kami dari kantor mereka. Padahal, ini soal keluarga dan biasanya juga kami bisa selesaikan. Ini aneh. Mereka main tembak saja”.

Sekedar diketahui bahwa, minggu lalu tanggal 25 Juni 2009 polisi Indonesia menembak mati Willem Agapa (30) di depan pintu masuk rumahnya di kediamannya KPR Siriwini Kabupaten Nabire pukul 15.00 waktu Papua. Agapa dibunuh dengan cara disalibkan seperti Yesus dan ditembak dalam jarak sekitar 1,5 meter sehingga beberapa peluru bersarang dalam tubuhnya.

Sebelumnya lagi, militer Indonesia menembak mati Isak Psakor (16) warga Kampung Kibai, Arso Jayapura. Jadi, peristiwa-dan ditembak peristiwa ini terjadi hanya dalam satu pekan terakhir.

Sampai berita ini diturunkan, tiga korban lainnya masing-masing Pentetius Boma, Marthen Pigai dan Simon Keiya masih dirawat secara intensif di RSUD Nabire.***

selengkapnya......
Template by : YOSEP GOBAI komunitas-paniai.blogspot.com