BERITA TERHANGAT DARI LINTAS BANGSA PAPUA BARAT ; ;

Selasa, Februari 24, 2009

INGIN MAU BELI HOSTING DOMAIN SILAKAN KUNJUNGI WEBSITE KAMI

Sekilas BalaiWeb
BalaiWeb Nusantara adalah penyedia layanan web hosting, registrasi nama domain ( .com .net .org .info .biz .us .name, dll ) / domain provider untuk Indonesia, dan web desain serta web development. Memberikan pelayanan dan kualitas yang terbaik adalah salah satu alasan untuk anda kami tercipta. Kecepatan menyebarkan informasi tentang Jasa, Produk, Layanan Publik dan lainnya merupakan salah satu tolak ukur kami untuk keberhasilan bisnis individu atau perusahaan anda.

BalaiWeb menggunakan server dengan teknologi masa kini, dilengkapi dengan control panel serta Fantastico, memudahkan anda dalam manajemen dan pembuatan website. Anda tidak perlu bingung, kami sediakan server dalam Negeri (Indonesia / IIX) dan Luar Negeri, semua server dapat di akses dari manapun secara cepat bilamana tersedia jaringan internet. Semaksimal mungkin kami kalkulasi dan berikan harga yang ekonomis dengan tidak mengurangi atau memberikan kualitas rendah. Melalui paket kami yang antara lain personal hosting, blog hosting, joomla hosting, dan web bisnis desain dan hosting dengan harga yang pantas dan terjangkau.

Ingin punya website seNdiri silakan kunjungi agen kami ATAU WEBSITE www.balaiweb.com

selengkapnya......

Sabtu, Februari 14, 2009

413 Mahasiswa STTKD Diyogyakarta Diwisuda


Jumat,13 Februari 2009 - 11:31 PM
yogyakarta, Sebanyak 413 lulusan Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan (STKD) Dibantul Yogyakarta diwisuda,jumat (13/02). Dari 413 lulusan tersebut, 53 mahasiswa program strata 1(S-1)Teknik Penerbangan dan 360 lainnya diploma 3 (D-3)Pramugari/ra dan lain lain. Wisuda itu dihadiri sejumlah Menteri Perhubungan diwakili deputi perhubungan Dibantul dan ratusan undangan lainnya.Wisuda bagi seorang mahasiswa merupakan peristiwa yang sangat penting dan membahagiakakan, karena momentum tersebut merupakan klimaks dari masa-masa perkuliahan di kampus. Oleh karena itu Pemkab Jogjakarta sangat menghargai dan menyampaikan salut atas pelaksanaan wisuda tersebut. Hal itu dikemukakan Gubernur Angkatan Udara Adisucipto karseno, SH, MM yang diwakili Wakil Gubernur Angkatan Udara Yogyakarta Drs Agus dalam acara wisuda STTKD yang dipusatkan di Hotel Mercury Yogyakarta Dikatakan, Ketua Yayasan STTKD Diyogyakarta

sebagai lembaga yang menyiapkan tenaga Sumber Daya Manusia (SDM) khususnya di bidang pendidikan penerbangan Dunia telah menunjukkan bahwa kampus ini tidak mati, sebaliknya sedang tumbuh dan terus melakukan proses akademis perguruan tinggi secara formal.Ada banyak contoh di negeri ini, dimana kehadiran sebuah kampus hanya mengejar target secara kuantitas, namun secara kualitas masih jauh dari yang diharapkan. Hasil statistik kelulusan bagi mahasiswa STTKD Diyogyakarta menunjukkan bahwa dari sisi kemapuan teoritis hasilnya sangat menggembirakan.Sementara itu Direktur Jenderal DEPARTEMEN PERHUBUNGAN RI dalam amanat tertulisnya yang dibacakan Deputi Menteri perhubungan minta kepada perguruan tinggi khususnya STTKD Diyogyakarta untuk mengawal, memotivasi dan memfasilitasi mahasiswanya dari masuk hingga menyelesaikan studinya agar selalu aktif dalam pengembangan dirinya.(yos)

selengkapnya......

Kamis, Februari 12, 2009

TANGGAPAN LAPORAN DAN SERUAN AKSI NASIOANAL

TANGGAPAN LAPORAN DAN SERUAN AKSI NASIOANAL

Sumber From Email: kkampjogya@yahoo.com
Menanggapi seruan Aksi Sosialisasi HAM Nasional Papua Barat yang ditujukan kepada Rakyat Papua Barat bahwa perlu kita cermati dan kehati-hatian kita sebagai intelektual yang dapat terjerumus dalam pola pikir terkotak-kotakan. Kita sebagai masyarakat dan intelektual yang harus dapat menjunjung tinggi harkat dan martabat semua elemen bangsa ini.
Kita jangan lagi mau diadu domba dan dibodoh-bodohi oleh kekuatan imperialisme asing. Isu HAM dan sentimen Agama (kristen) hanyalah alat bagi mereka untuk memprovokasi keadaan. mereka tidak punya otoritas moral dan politik lagi bicara HAM. Justru negara itu adalah pelanggar HAM nomor wahid di dunia. Mereka juga tidak peduli nasib umat kristiani di Afrika dan Amerika Latin yang miskin. Justru mereka punya andil besar memiskinkan wilayah itu dengan ekonomi kapitalisme globalnya.

Semua itu untuk kepentingan penjajahan ekonomi mereka. Negara Imperialis seperti AS tidak akan pernah berpikir untuk mensejahterakan rakyat Papua. Yang menjadi fokus mereka adalah menjarah kekayaan alam Papua. Apa yang terjadi di Irak menunjukkan hal itu. Setelah Timor Timur lepas dari Indonesia, alih-alih menjadi negara yang sejahtera, Timor Timur malah diterlantarkan oleh negara-negara Barat dan menjadi salah satu negara termiskin di dunia.

Oleh sebab itu mari kita berjabat erat tangan kita dengan seluruh rakyat Indonesia dimanapun, kapanpun, suku apapun, agama apapun. Toh mahasiswa papua yang mengenyam pendidikan di pulau Jawa dan Bali mendapat perlakuan yang sama bahkan masyarakat mereka sangat ramah dengan kita semua. Janganlah kita menambah persoalan dimasyarakat terutama yang masih miskin di daerah kita, mari kita bantu pemerintah mensejahterakan mereka dengan pembangunan yang sedang digalakkan dan jangan ada lagi perang antar suku, agama maupun ras. Berfikirlah rasional dan maju !

selengkapnya......

Rabu, Februari 11, 2009

LAPORAN DAN SERUAN AKSI DAMAI

Seruan Aksi Sosialisasi HAM Nasional Papua Barat Mendesak Utusan Komisi Ham Departemen Luar Negeri Jerman Segera Bertolak Ke Papua Barat Guna Melakukan Investigasi Atas kejahatan Kemanusiaan Di Papua barat

Kepada, Yth. Rakyat Papua Barat

Salam Pembebasan!

Bulan Oktober yang silam, tepatnya 15 oktober 2008 di kabupaten Jayawijaya- Desa sinapuk Wesaput, Rakyat Papua Barat di Kejutkan dengan penembakan satu orang warga petani sinapuk (opinus Tabuni), penembakan dilakukan oleh satuan setingkat kompi birgade Mobil (SSK-BRIMOB), kejadian penembakan berawal dari pengibaran bendera PBB yang di barengi dengan bendera Tanah Air Bintang Kejora dalam kegiatan upacara penyambutan Hari Masyarakat Pribumi se-dunia, lantas komando satuan kopral langsung diturungkan dan dilakukan penyerbuan membabibuta yang mengakibatkan warga petani optinus tabuni tewas tersimbah darah, jelas tindakan tersebut merupakan kejahatan terhadap Hak Asasi Manusia (HAM) berat.namun kini peristiwa penembakan tersebut belum mendapat perhatian khusus dan perlindungan hukum yang adil, bahkan kasus tersebut dipolitisir makar dan korban tewas distigma separatis berbahaya oleh aparat kaparat POLDA PAPUA beserta jajarannya, sejak peristiwa tersebut berlangsung.


Selainkasus pelanggaran HAM diatas, juga beberapa kasus-kasus pelanggaran HAM berat lainnya sejak invansi militer 1 mei 1961-1969 ke Papua Barat, hinggasampai pada kasus-kasus Pelanggaran HAM lainnya sejak bangsa Papua Barat diIntegrasikan secara sepiahk kedalam pangkuan Negara Republik Indonesia (NKRI) 1969-2009. kondisi HAM di atas akan menjadi agenda pembahasan selama berkunjung ke Papua Barat.

Guna membuktikan korban pelanggaran HAM tersebut, kini dunia Internasional dari departemen HAM (jerman), telah mengutuskan delegasinya untuk melakukan pembuktian atas kebenaran kasus pelanggaran HAM tersebut, selain pembuktian atas kasus-kasus Ham tersbut, delegasi tersebut juga akan melakukan kunjungannya ke seluruh Wilayah Papua Barat guna melaporkan korban-korban pelanggaran HAM berat lainnya yang kini tidak mendapat perlindungan Hukum, serta laporan kondisi HAM terakhir mengenai kegagalan otonomi khusus pada sidang perdana PBB, yang akan berlangsung 15-20 maret 2009 di jenewa, jerman. Namun misi tersebut jelas akan mendapat kecaman keras dari komprador-komprador nasionalis NKRI, rezim SBY-JK serta akses administrasi tournya dipastikan akan di cegat langsung pihak pertahanan keamanan Nasional dengan alasan keamanan.

Maka seruan aksi solidaritas nasional ini kami kaluarkan sebagai bentuk keprihatinan dan desakan langsung kepada pemerintah indonesia guna memuluskan agenda delegasi yang diutus. Maka seruan ini dapat membantu kerja-kerja konsolidasi selanjutnya bagi kawan-kawan di seluruh tingkat basis rakyat Papua barat Se-jawa dan Bali untuk melakukan mobilisasi massa secvara besar-besaran dan akan difokuskan dijakarta. kegiatan yang dimaksudkan diadakan pada,

HaRI/TANGGAL : KAMIS, 12 PEBRUARI 2009.
WAKTU : PUKUL, 10:30 WIB
SASARAN : ISTANA-KEDUTAAN JERMAN (Longmac)
BENTUK KEGIATAN : AKSI DAMAI.

Mengingat agenda ini sangat penting, maka kami sangat mengharapkan kehadiran dan dukungan dari kita semua (elemen Bangsa Papua Barat).Terima Kasih atas pertisipasinya.

Salam 1 Jiwa!
“lawan atau Terinjak Mati”

Salam Pembebasan!
“Persatuan Tanpa Batas, Perjuangan Sampai Menang”

Komite Aksi Nasional Rakyat Papua Barat
Kordinator Kolektif

Victor k, Agus K, Sandino B

Info Selanjutnya: 081398075581,081280128877.0852850717104


selengkapnya......

Senin, Februari 09, 2009

SEMINAR DAN DEMO YOGYAFREE - Cracking Software (PERTAMA DI INDONESIA)


SEMINAR DAN DEMO YOGYAFREE - Cracking Software di Jogja



SEMINAR DAN DEMO YOGYAFREE - Cracking Software (PERTAMA DI INDONESIA)
Pembicara
- Hanjian (Moderator Forum Software Yogyafree)

Materi :
Software CRACKING dan demo-demonya.

Pelaksanaan :
- Tanggal 21 Februari 2009
- Hari Sabtu
- Jam 16:00 - selesai
- Tempat JogjaTronik Mall (Jogja)

Kontribusi Pendaftaran Rp.30.000,- dibayar saat seminar
Yang didapat :
- CD Yogyafree bisa pilih Express / Raider 2.0 / Raider III / Pro 10, jika tidak disebut defaultnya raider III (request lewat sms)
- Makan Malam + Minum

Pendaftaran : SMS dengan isi nama, umur dan kota ke 0817278477 (masdapit)
Peserta dibatasi, disarankan mendaftar lebih awal


selengkapnya......


kalander ylsm 2009



selengkapnya......

Sabtu, Februari 07, 2009

Pengacara Bucthar Konfirmasi Kalapas

Jayapura (PAPOS) –Setelah bertemu Kapolda Papua Irje Pol Bagus Ekodanto, tim Pengacara Bucthar Tabuni dan beberapa LSM, kembali bertemu dengan Kalapas Klas II A Abepura, Jumat (6/1) kemarin. Kalapas Klas II Abepura Anthonius Ayorbaba SH M.Si, saat dikonfirmasikan Papua Pos di ruang kerjanya, Jumat (6/1) kemarin, membenarkan pihaknya baru saja

menerima kunjungan tim Pengacara Bucthar Tabuni dan beberapa LSM.

Pertemuan sekitar setengah jam itu terkait pemindahan tahanan politik Bucthar Tabuni dan lima Nara Pidana Politik lainnya ke tahanan Polda Papua.”Hanya sebatas koordinasi saja,”katanya usai pertemuan.

Tidak banyak yang dapat dikorek keterangan dari Kalapas mengenai santernya isu bahwa Bucthar Tabuni akan dipindahkan ke luar.”Issu itu, tidak jelas. Bucthar mau dipindahkan ke luar kemana, oleh siapa, dan tidak tahu siapa yang menyebarkan issu tersebut,”tegas Anthonius.

Namun jelas selaku Kalapas dirinya tidak punya kewenangan untuk pemindahkan apakah itu tahanan ataupun nara pidana ke luar.” Saya tidak punya kewenangan untuk itu,”tandas Kalapas.

Ketua Tim kuasa hukum kasus makar Bucthar Tabuni dan Sebi Sembom Piter Ell SH yang dihubungi Papua Pos tadi malam (6/1) menjelaskan, pertemuan pihaknya dengan Kalapas untuk mengetahui duduk permasalahan sebenarnya pemindahan tahanan Bucthar Tabuni ke Polda Papua.

“Kami menanyakan alasan pemindahan,”kata Piter Ell melalui telepon selulernya.

Pemindahan tahanan Bucthar ke tahanan di Mapolda membuat Piter Ell merasa kuatir. Soalnya semasa masih menjadi tahanan penyidikan Bucthar mendapat perlakuan yang tidak menyenaknya.

Selain itu, ada isu bahwa Bucthar akan di bawa ke luar. “Alasan selama ini tidak jelas, jadi kami konfimasi,”ujar Piter Ell.

selengkapnya......

KPU Provinsi Papua “Tidak Becus”

AYAPURA (PAPOS)- Kembali kinerja Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Papua dipertanyakan. Pasalnya, aspirasi masyarakat Paniai yang dialamatkan ke KPU Papua agar melakukan pemeriksaan terhadap tiga orang oknum anggota KPUD Paniai yang terlibat dalam kepengurusan partai, hingga kini tidak ditindaklanjuti. Hal itu disampaikan Ketua Tim kerja pencinta demokrasi yang bersih, jujur dan adil Kabupaten Paniai, Manakim Mote di redaksi Papua Pos, Jumat (6/2) kemarin.

Menurutnya, berdasarkan laporan masyarakat yang diajukan kepada KPU Provinsi Papua sejak 27 Juni 2008 lalu, agar KPU Papua segera melakukan PAW terhadap ketiga anggota KPUD Paniai tersebut, berdasarkan laporan yang diajukan.


Dimana, hal itu juga telah mendapat tanggapan dari KPU Pusat melalui surat yang bersifat rahasia kepada KPU Provinsi Papua tertanggal 11 juli 2008 dengan nomor surat 2373/15/VII/2008, kini telah ditentutakan batas waktu penyelesaianya oleh KPU Pusat, namun hal itu tidak diselesaikan oleh KPU Provinsi Papua.

“Kenapa bisa terjadi demikian, ada apa dibalik ini,” ujar Manakim Mote.

Menurut Manakim yang didampingi dua orang rekanya menjelaskan, peran KPU Provinsi Papua sangat tidak jelas, pasalnya masalah tersebut sudah diajukan kepada KPU pusat, Panwaslu Papua, kepada dewan kehormatan KPU Provinsi Papua dan kepada Ketua KPU Provinsi Papua melalui surat resmi, namun belum dapat diselesaikan.

Konon, masalah oknum anggota KPU Paniai yang terlibat didalam partai politik sudah diajukan sebelum 2 anggota KPU Provinsi Papua yakni, Zadrak Nawipa S,Sos dan Irianto Jakobus diajukan.

Meskipun begitu, hingga kini belum juga dilakukan proses hukum sesuai dengan UU nomor 22 tahun 2008, tentang penyelengraan Pemilu.

“Kami minta KPU Provinsi Papua, secara bijaksana selesaikan masalah ini, jika tidak kami proses hukum saja,” tegas Menakim.

selengkapnya......

Senin, Februari 02, 2009

Melupakan Guru


Melupakan Guru
Oleh: Yosep Gobai
KALAU ada pertanyaan siapa yang menjadikan seseorang terdidik? Pertama-tama adalah guru. Sekalipun, faktor paling inti yang menjadikan pintar, cerdas, kompeten, atau apa pun istilahnya, adalah diri kita sendiri. Kalau akarnya dikaji secara radiks akan bersua faktor keluarga, lingkungan, atau pemotivasi lainnya. Setidaknya, guru sangatlah lazim dan rasional sebagai jawabannya. Guru pejasa kehidupan.
Hampir mustahil seseorang tidak dididik melalui sentuhan guru. Sekolah dan berbagai lembaga pendidikan memang dirancang untuk membantu mengembangkan potensi melalui sentuhan guru. Dari ‘tangan’ gurulah tokoh masyarakat, alim ulama, cerdik cendekia, pejabat pemerintah, pengusaha, para profesional menjadi orang dan mendaki sukses.


Kalau pertanyaan ditajamkan, apakah perhatian terhadap guru sudah sepadan dengan apa yang didapat dari guru? Mungkin akan banyak analisis mengemuka. Tapi, satu hal, hampir dapat dipastikan, kontribusi guru dalam perjalanan kehidupan seseorang pastilah ada kalaulah terlalu bersemangat dikatakan guru sangat berpengaruh atas keberhasilan seseorang.
 
Derita Bathin Guru
Kalau seorang dosen, pengusaha, pejabat pemerintah, apalagi birokrat pendidikan, atau apa saja, melakukan kilas balik dalam kaitan dengan guru, pastilah akan menjalani wisata kehidupan menarik. Pada tataran tertentu, bisa jadi, nostalgia berbuah kerinduan ke masa lalu. Mulai dari bagaimana sabarnya guru mendidik sampai melakukan kenakalan-kenakalan konyol. Bisa pula bersua guru-guru yang tidak ‘memuaskan’, guru-guru berpikiran kuno. Semua bisa berpadu dalam memori.
Tetapi, Saudara-saudara. Satu hal yang jarang kita renungkan, betapa guru hidup akrab dengan deritanya. Tidak saja mendidik agar kita cerdas, berwatak, dan ‘menjadi manusia’, tetapi sekaligus menghadapi hidup yang tidak kalah perihnya. Kehidupan ekonominya yang Senin-Kamis namun tampil charming di kelas. Guru pandai menutupi, menyembunyikan derita, namum memberi kelebihan, mengajar dan mendidik.
Dulu, saya pernah mendengar, tega-teganya birokrat pendidikan ‘meminta’ sejumlah uang manakala guru mengusulkan naik pangkat. Bayangkan, orang yang gajinya memprihatinkan, para birokrat yang  seharusnya ‘melayani’ hal-hal administratif berkenaan karirnya, tega-teganya dimintai ‘partisipasi’. Tidak mudah seorang guru berjuang naik pangkat. Bahkan, tidak sedikit yang mentok manakala mendaki ke golongan IV. Banyak pengendala.
Juga, sangat sering berita tentang pemotongan gaji guru —yang sedikit itu— untuk berbagai keperluan dengan berbagai alasan. Setidaknya itu dulu.  Belum lagi manakala urusan semacam kampanye sangat mudah ‘mengerahkan’ guru. Kata seorang teman, sediakan truk pengangkut dan nasi bungkus, urusan beres. Begitu mudahnya memobilisir guru.
Nampaknya, bagaimanapun guru memperlihatkan loyalitasnya, kehidupannya terus bergulir sebagaimana iramanya. Murid-muridnya mungkin menjadi kongomerat, menteri, atau pembobol bank, guru tetap saja berkutat hari-hari menggores papan tulis.
Sudah begitu, ada pula pejabat yang memaksa guru curang —terlepas guru mau atau memang beprilaku curang juga, he … he … Misalnya, diberitakan seorang Kepala Daerah melalui Kepala Dinas Pendidikan agar ‘mencurangi’ pelaksanaan ujian nasional (UN). Berjamaah mengotori UN agar siswa-siswa lulus 100%. Terkutuklah.
Ada ibarat menyedihkan. Kalau hasil kerja guru bagus, misalnya peserta didik cerdas-cerdas yang dapat nama sekolah, ayam bertelur sapi dapat nama. Bukankah telur yang dimasak setengah matang populer dengan telur mata sapi?
Tapi baiklah. Kalau sekolah diperhatikan, guru ‘ditinggalkan’ sebenarnya tidak mengapa. Guru dan sekolah adalah kesatuan dalam peran dan tugas memintarkan peserta didik. Sekolah bagus berkorelasi positif dengan bagusnya guru (kehidupannya?).
Guru Derita Mengalir
Saya punya contoh memprihatinkan. Suatu kali melakukan penelitian kecil-kecilan. Alamaaaak, bagaimana guru akan bergairah bertugas. Gajinya berkisar antara Rp1,5 juta-Rp2,5 juta. Banyak? Tunggu dulu. Saya pernah dibawa seorang pengusaha ke karaoke dan dia membayar untuk fasilitas bernyanyi enam jam tersebut Rp2,1 juta.
Gaji guru tidak bisa dibawa pulang utuh. Apa pasal? Ternyata harus dipotong untuk cicilan rumah, kendaraan, pinjaman koperasi untuk biaya kuliah anak, dan deretan macam-macam lainnya. Alhasil untuk hidup dan berkehidupan sebulan tersisa gaji Rp250 ribu. Rp250 ribu? Begitulah. Artinya, kalau tidak mau wafat, harus mencari tambahan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Apa itu?
Dalam tulisan ini tidak dikemukakan, begitu juga guru kaya raya. Bayangkan. Disatu sisi mencurahkan potensi mendidik, disisi lain berjuang agar dapur tetap berasap. Dua-duanya harus dijalankan, dan memang telah dilakukan. Coba renungkan! Wajarkah?   
Memang, siapa suruh jadi guru. Namun, apakah pemerintah menyediakan rumah dan transportasi? Bagaimana mungkin guru membeli buku, surat kabar, majalah, jurnal, bersilancar di internet, memperkaya ilmu mandiri.
Sebenarnya, jika fasilitas sekolah memadai tugas mencerdaskan bangsa akan tertolong. Hanya saja, datangilah sekolah-sekolah kita. Dibanding ruang tunggu pejabat saja kalah. Fasilitas pendidikan jauh dari ideal. Kalau dipikir-pikir, tabek harus diberikan pada guru. Bukankah guru ditenggarai sebagai ‘koruptor’ kecil-kecilan? Misal menyelewengkan dana BOS, iuran ini-itu.  Untuk yang satu ini saya tidak berpendapat.
Ketika menjadi Ketua Komite di satu sekolah  pernah terdiam. Orang tua murid gelisah campur marah guru menjual buku seharga Rp25 ribu. Mahal. Guru korup, menyalahkan wewenang. Masya Allah. Alhasil disepakati buku pelajaran dicari masing-masing. Apa yang terjadi?
Mengaduk-aduk satu kota tidak dapat. Ongkos mencari buku lebih mahal dari harga buku.  Terlepas ada unsur bisnisnya, kenapa begitu ‘keras’ terhadap guru anak sendiri? Penasaran saya telusuri.
Seorang guru, isteri seorang pejabat BUMN, bicara dari hati ke hati. Untuk satu kelas dijual 30 buku aRp.25 ribu. Dapat diskon 10% alias kalau semua bayar 10%X30XRp25.000,00 dapat untung Rp750 ribu.  Biasanya ada empat sampai lima siswa tidak mampu membayar. Setoran ke distributor harus penuh dan … mana untungnya. Bahwa ada juga cerita guru dan kepala sekolah korup, nanti ditulis khusus.
 
Hargai Guru
Kembali ke esensi tulisan ini, janganlah pernah melupakan guru. Kalu Sampeyan sudah ‘menjadi orang’ datangilah guru SD, SMP, SMA, atau PT. Minimal bersilaturrahmi. Guru akan senang, gembira anak didiknya sukses. Kalau tidak muridnya yang menghormati dan memberi kebanggaan siapa lagi.

Akhirnya, apa pun jadinya, guru telah ‘mewarnai’ etape kehidupan kita. Menghargai guru adalah cara terbaik berterima kasih. 

selengkapnya......

Menulis Tanpa Berguru, Silahkan!!


Menulis Tanpa Berguru
Oleh: yosep gobai

* Kalau berkehendak menjadi penulis, tidak perlu berguru pada kakak siapa pun. Guru menulis sesungguhnya adalah diri kita masing-masing. Tulis apa yang hendak ditulis, jadilah tulisan.

Suatu kali, atas permintaan ersad, yosep dan jhon temanku diminta menjadi team Majalah mellenium 2009 diyogyakarta Menulis Kreatif pada bahasa indonesia. Permintaan ersad, entah karena kami sama-sama penulis atau pemred media cetak atau karena temannya, tidak tahulah. Saya antusias, bukan hendak menggurui, tetapi memotivasi. Pertama, kami berdua diminta jadi team Majalah mellenium karena dianggap (ersad) kompeten dalam tulis-menulis (banyak bukti nyatanya, khan). Bagi saya ini penghargaan. Menjadi team Majalah mellenium, memang karena secara nyata dan terbukti mempunyai kemampuan menulis. Bukan karena alasan-alasan lain. kata jhon

Kedua, dari pengelanaan sebagai dosen berkesimpulan, mahasiswa —sebenarnya dosen juga, banyak yang sulit ‘mengeluarkan’ pikiran, kalau menulis payah. Balikannya, kalau berbicara, berdiskusi hebat. Terkadang saya memilih diam, tersebab tidak mampu mengimbangi.

Saking kedernya, akhir-akhir ini jarang ikutan diskusi. Kenapa? Masalah apa saja, mulai dari yang menyejarah, kekinian sampai futuris, dimamah habis. Bahkan, berbagai buku dari beragam pengarang dibahas tuntas. Saya tidak cukup punya kecerdasan untuk itu.

Lagi pula, sedang serius belajar menulis dengan langsung menulis. Lucunya, sampai pada kesimpulan, menulis itu mudah, sangat mudah malahan. Kenapa? Tinggal mengalihkan apa yang ada di pikiran ke komputer. Dan … ini intinya … ingin berbagi pengalaman, bahwa menulis itu sangat mudah. Ketika ditawari menjadi dosen tamu, sangat klop.

Ketiga, saya menemukan ‘rahasia’ kenapa menulis itu terkesan begitu sulit. Rupanya, selama ini (bisa jadi berlaku buat saya saja) terlalu dikungkung berbagai aturan hingga menjadi penghalang menulis. Harus ikut tata bahasa begini-begitu, kerangka karangan begana-begene, teori ini-itu, dan seabreg lainnya yang bukannya menyuburkan semangat menulis, malahan mematahkannya.

Secara pribadi ingin mendobrak metode tidak keru-keruan tersebut. Menulis harus dimulai dari menulis itu sendiri. Teori dan berbagai aturan kebahasaan dan logika bahasa, soal belakang, bisa menyusul.
Faktanya, banyak orang (katanya sih) menguasai teori, tetapi tulisannya jarang kita baca, bukunya tidak ada walau berkompeten menilai karya orang lain. Persetan dengan teori. Kalau sudah lancar, barulah berbagai teori dikenakan. Banyak sarjana, magister atau doktor kalah jauh dari mereka yang tidak bergelar. Penulis-penulis besar banyak yang bukan sarjana sekolahan. Mau bukti lebih merangsang?

Coba amati guru-guru atau dosen. Ada yang sudah belasan, bahkan puluhan tahun menjadi pengajar. Buku siapa yang dipakai? Logikanya, kalau memang terampil menulis, kan lebih afdol menyusun buku sendiri untuk dijadikan bahan ajar. Mayoritas pengajar hanya ‘menyampaikan’ pikiran dan hasil pikiran orang lain. Dari itu mendapat upah. Coba, apa tepat belajar menulis dari mereka?

Tidak Perlu Belajar
Anda ingin jadi penulis? Sangat mudah, gampang itu. Syaratnya satu saja, jangan sekali-kali mengandalkan orang lain, mencari guru. Menulis bukan ilmu yang mempunyai dasar filosofis, ruang lingkup, metode, apalagi body of knowledge. Menulis adalah keterampilan dan atau kebiasaan. Sesuatu yang tidak perlu dipelajari, cukup dilakukan, dilatih.

Coba kenang-kenang, ingat-ingat ketika sekolah di SD, SMP, SMA sampai PT, kita sudah belajar kosakata, paragraf, alinea, kalimat dengan varian dan tetek-bengek lainnya. Pokoknya lengkap. Lalu apanya lagi yang mau dipelajari? Yang benar, saatnya menulis. Kan begitu.

Ingat, menulis berhubungan dengan pikiran, pengetahuan dan keterampilan mengolah kata —memilih, memilah, menggabungkan— agar bermakna. Kalau pikiran pasti sudah punya. Begitu pula pengetahuan, tinggal ‘diambil’ dengan membaca, melihat, merasakan atau berkhayal. Semua orang punya kemampuan sedemikian.

Yang agak susah, keterampilan mengolah kata, dan itu tidak ada sekolahnya. Orang lain tidak mungkin dijadikan guru. Berpikir menggunakan otak dan diolah di otak. Hayo siapa yang bisa mengasah keterampilan otak kita kalau tidak kita sendiri.
Jadi, latih saja kerja otak dengan langsung menulis. Tulis, baca, perbaiki, tulis lagi. Begitu seterusnya. Kalau belum percaya diri, tulis lalu perlihatkan kepada penulis agar diberi saran ini-itu. Begitu mudahnya. Yang sedemikian tidak ada sekolahnya, tidak perlu ikut penataran atau seminar tentang menulis segala rupa. Itu pekerjaan sia-sia.

Bermacam bentuk kuliah atau penataran tidak banyak menolong, bahkan bisa jadi kesia-siaan. Yang pas, kalau ikut program semacam itu meraup motivasi atau latihan langsung. Itu kalau Sang Penatar punya keterampilan, ada contoh karyanya dan bagus. Nah, kalau ikut program sedemikian, minta pengajar memberi contoh. Dari contoh nyata Sampeyan kreatifi dan kreasii sendiri sesuai kemampuan, pasti tu bisa jadi penulis. Tapi, kalau ceramah dan ditimpakan segerobak teori, tidak usah. Menghabis-habiskan waktu saja.

Hanya 26 Huruf
Sehebat-hebatnya penulis mengolah kata dan kalimat hanya dari 26 huruf. Kombinasi 26 huruf itulah yang diutak-atik hingga menjadi buku, itu pun hanya beberapa huruf yang sering dipakai. Betapa mudahnya. Yang susah itu kan merangkai huruf menjadi kata, merangkai kata jadi kalimat, merangkai kalimat menjadi paragraf, merangkai paragraf menjadi tulisan, merangkai tulisan menjadi buku.

Kesemua itu dapat maujud manakala Sampeyan lakukan, dilatih. Pelajaran yang didapat dari guru di bangku sekolah, lebih dari cukup. Pengetahuan tingkat SD saja cukup asal dikembangkan secara pribadi. Rajin membaca hingga berbagai ‘ilmu’ nyangkut di otak. Nah, keseluruhan pengetahuan di otak itu, di olah di otak, jadilah tulisan.

Lakukan setiap hari. Mulai dengan membuat catatan kecil, menulis di diari. Rajin berkirim surat kepada teman atau siapa saja, merupakan latihan yang bagus. Aktif menulis di majalah dinding atau apa sajalah yang berkaitan dengan menulis. Kalau jadi kebiasaan, saya jamin keterampilan akan menjadi milik Sampeyan.

Yang ingin saya tandaskan, belajar menulis itu dengan menulis. Karena menulis lahir dari pikiran kita, ya kita yang melakukan. Jangan dululah berpikir menuliskan pikiran orang lain, cukup pikiran sendiri. Kalau sudah sekelas saya, bolehlah menuliskan pikiran orang, he … he …

Al-akhir, jangan pula gara-gara membaca tulisan ini, Sampeyan mempersetankan guru bahasa, misalnya. Itu menambah dosa saja. Maksud saya, dari guru-guru itu menimba pengetahuan bahasa dan prakteknya menjadi urusan sendiri. Di sekolah belajarlah teori tapi kalau menulis, lakukan sendiri.

Kalau resep tersebut dilakukan, Insya Allah, beberapa tahun ke depan Sampeyan menjadi penulis beken. Minimal, menulis untuk kepuasan sendiri. Dan, Sampeyan tidak akan terjerumus menjadi tukang omong, apalagi menjadi pencaci tulisan orang. Kalau bertemu model manusia seperti yang saya tulis terakhir, tinggalkan dia. Nanti kena pengaruh tidak baik.

Selamat menjadi penulis, profesi gampang, tetapi bukan gampangan, yang kalau Sampeyan cerdas merupakan jalan pembuka ke berbagai area kehidupan. Satu pesan saya, jangan menjadi penulis dengan kedengkian.
nb: tulisan diatas ini beberapa minggu lalu saya mengkritik dari beberapa teman teman setelah saya kopi paste beritanya okto pogau dan kesalahan saya

selengkapnya......

Menulis Tiada Henti

Menulis Tiada Henti

Oleh Yosep Gobai
DENGAN menulis kita belajar untuk peduli dengan lingkungan sekitar, juga lingkungan sosial. Dari peduli mencari tahu lebih dalam permasalahan, referensi. Menulis proses belajar yang tiada henti, aktualisasi diri dan sumbangan pemikiran, menulis menjadi ibadah.
Menulis tentu memerlukan bahan. Ibarat memasak, kalau tidak ada bahan pokok, apa yang akan dimasak. Bahan pokok dibubuhi bumbu. Jadilah masakan enak. Untuk itu mengenali, mencari referensi. Begitu semestinya. Tapi, sekadar ‘becanda’. Kalau menanak nasi, pertanda bermaksud membuat bubur . Kalau tidak pernah belajar makna, belajar bahasa, tidak bisa membedakan beras dan nasi.


Begitulah hakikat menulis. Kita tidak bisa mengabaikan lingkungan, juga lingkungan sosial lebih besar. Bilamana memperhatikan banjir, manakala bermaksud menulis tentang banjir, tidak boleh tidak kita mengamati, memperhatikan fenomena banjir dan hal terkaitnya. Tulis secara solutif, tulisan bermakna.
Misal, akibat membuang sampah sembarangan. Pada tulisan ada muatan kesadaran lingkungan. Bila ada yang tergugah dan mempraktikkan, jelas bermanfaat. Bagi yang beriman, mana tahu ditandai sebagai pahala. Bentuk kepedulian.
Pada proses demikian, kita bukan saja belajar tentang sekitar, baik fisik maupun non-fisik. Kita pun belajar menggunakan pemikiran, belajar menuangkan perasaan, dan belajar mensikronkannya. Kesemua itu bermuara pada tulisan, proses pembelajaran diri.
Kualitas tulisan, apabila rutin dilakukan, secara logika akan membaik. Latihan menulis dengan menulis adalah pembelajaran itu sendiri. Artinya, menulis menjadikan kita makhluk pembelajar sekaligus pemberi, berbagi. Menulis bukan untuk manusia egois.
Hebatnya, permasalahan semakin bercabang, femomena semakin susah dimengerti, ilmu dan teknologi berkembang, kita berpacu mengikutinya. Penulis hebat Abad Pertengahan, kalau hidup saat ini, menulis dengan persfketif Abad Pertengahan, ya tidak lucu.
Dulu orang menulis dengan tinta pakai moda bulu ayam, lalu memakai mesin tik. Kini, komputer lebih memudahkan. Kita tidak bisa mengandalkan program seri WS kuno atau symphoni, software itu tidak diproduksi lagi. Dari WS meloncat ke PageMaker. InDesngn pun boleh. Windows mengeluarkan aneka rupa. Pokoknya membacanya saja pusing, apalgai aplikasinya. Kita terus belajar —dan ini lebih penting— memilih sesuai kebutuahn. Banyak yang ditawarkan, pilih mana yang dibutuhkan.
Dengan kata lain, kita tidak sekadar memerlukan bahan pokok atau bumbu, tetapi juga hardware. Kesemua itu dipelajari demi meningkatkan kualitas; kreativitas sampai produktivitas. Apa boleh buat, begitulah kalau mau menjadi penulis. Penulis bukan untuk para pemalas, para pengeluh. Kalau malas belajar, mati saja.
Lagi pula, menulis itu menciptakan kebaruan. Setiap kalimat yang diketik adalah buah pikiran. Esensi boleh sama, tetapi sajian berbeda. Masalah bisa jadi sama, tetapi analisis tidak harus sama sebangun. Setiap kita menulis menciptakan hal baru.
Sebagai pencipta, gerakan tidak boleh berhenti. Berhenti berarti mati. Inovasi tiada henti, begitu sajian iklan. Menjaga kondisi demikian dengan belajar. Belajar paling mudah, membaca. Membaca itu menulis, menorehkan informasi di otak, di memori.
Jadi, Tomy benar adanya. Menulis adalah proses pembelajaran. Menulis bukan untuk gagah-gagahan. Proses pembelajaran, satu diantaranya, tertampak dari tulisan. Kalau boleh sedikit nakal, agar rapor belajar tersembunyi, tidak usahlah menulis he he

selengkapnya......

Belanda Minta Hukuman Warganya Diringankan


sumber detiknews
detiknews-Pemerintah Belanda proaktif membela warganya yang sedang menjalani hukuman di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan adanya rencana kunjungan menteri kehakiman Belanda untuk meminta keringanan hukuman bagi 10 warga Belanda yang sedang menjalani pidana dan proses peradilan.

"Dia minta agar ada keringanan hukuman, " ujar menteri hukum dan HAM Andi Mattalata.

Hal tersebut ia sampaikan usai menerima kunjungan Menlu Belanda Maxime Verhagen di Depkumham, Jl HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (14/1/2009).

Menurut Andi, dari 10 warga Belanda tersebut, ada 8 yang sudah menjalani hukuman. Sedangkan 2 orang lainnya sedang menjalani proses peradilan.

Ada 2 yang sedang menghadapi hukuman mati," imbuhnya.

Lalu bagaimana Indonesia merespon hal tersebut?


"Saya jelaskan kepadanya, kalau terpidana memperoleh hukuman sementara, dibawah 20 tahun dia berhak memperoleh remisi 2 kali setahun. Tapi hukuman mati dan hukuman seumur hidup tidak ada remisinya," jelasnya.

Lebih lanjut Andi menjelaskan, untuk hukuman mati bisa dirubah menjadi hukuman seumur hidup. Sedangkan hukuman seumur hidup bisa menjadi hukuman sementara.

"Saya beri tahu untuk itu harus ada keputusan presiden, tapi lewat jalur diplomatik, menlu dengan menlu," tambahnya.

Rencana kunjungan tersebut akan digelar pada bulan Februari 2009. Selain permohonan keringanan hukuman, Belanda juga akan melakukan kerjasama dalam bidang imigrasi, pengembangan hukum dan perjanjian ekstradisi.

selengkapnya......

Bobotoh Masih Dilarang Pakai Atribut



Jelang Persib vs Persiwa
sumber kompas
SENIN - Penonton Persib Bandung masih dilarang memakai atribut bobotoh saat Maung Bandung menjamu Persiwa Wamena di Stadion di Jalak Harupat, Senin (9/2). Hal ini ditegaskan Ketua Panitia Pelaksana (panpel) pertandingan Persib Iwan Kartiwan Senin (2/1).
Komisi Disiplin (Komdis) PSSI menjatuhkan hukuman percobaan larangan penggunaan atribut selama enam bulan pada bobotoh pascakerusuhan di Stadion Siliwangi, Juli tahun lalu. Jika dihitung sejak Agustus, pada Februari ini seharusnya hukuman sudah berakhir.
"Kami sudah melobi Komdis. Namun, sampai sejauh ini kami belum mendapatkan surat resmi tentang pencabutan sanksi. Jadi kami tetap menerapkan larangan itu," kata Iwan.


Untuk pertandingan lawan Persiwa, panpel tetap akan menerapkan peraturan ketat. Pada putaran pertama, panpel menjual tiket yang dilengkapi barcode bagi penonton tribun VIP, samping, dan timur.

Namun, untuk laga lawan Persiwa nanti, tiket di seluruh tribun dilengkapi barcode. "Penggunaan barcode ini untuk menekan kebocoran tiket," kata Iwan. (LSD)

selengkapnya......

SD YPPGI Meuwo Timika Menanti Uluran Tangan

Dua Tahun Sekolah di Gedung Gereja
sumber (simpa) e-mail: alebu_mogopia@yahoo.co.id
FASILITAS belajar yang lengkap merupakan dambaan semua lembaga pendidikan, karena dapat menjadi motivasi untuk meningkatkan semangat belajar anak didik, yang tentunya akan berimplikasi pada mutu dan prestasi siswa itu sendiri.
Tetapi bagaimana dengan mereka yang belajar tanpa sarana dan prasaran pendukung? Di lubuk hati pasti mereka juga ingin menikmati pendidikan dengan fasilitas yang komplit, meski sebenarnya keinginan itu masih sebuah mimpi.
Minimnya sarana dan prasana pendukung kini dialami oleh lembaga sekolah dasar yang bernaung dibawah Yayasan Pendidikan Persekolahan dan Gereja Indonesia (YPPGI) Meuwo.
Sejak dua tahun lalu pasca kerusuhan di Kwamki Lama 2006, pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) tidak lagi dilaksanakan dalam gedung layaknya lembaga sekolah lainnya. Sekolah yang terpaksa dipindahkan ke Timika, kini melaksanakan KBM di salah satu rumah ibadah di Timika Indah.

Membangun gedung sekolah yang 99 persen anak didiknya adalah putra daerah itu, masih jauh dari harapan. Anak-anak dengan latarbelakang orang tua yang kurang mampu membuat pihak sekolah tidak meminta dukungan dana dari orang tua untuk membangun sebuah gedung sekolah.
Karena tidak ada tempat bagi anak-anak untuk melaksanakan KBM meluluhkan hati jemaad gereja KINGMI dengan memberi ijin gedung gereja untuk dijadikan sarana belajar bagi sekitar 332 anak didik.
Tempat tersebut kemudian dibagi menjadi beberapa kelas yang hanya dibatasi dengan papan tulis. Memang agak rumit suasana belajar seperti ini, karena tentu konsentrasi belajar akan terganggu dengan keadaan di sekitarnya.
"Kondisi kelas yang terbuka kadang membuat mengganggu konsentrasi belajar anak. Tapi mau bagaimana lagi yang terpenting mereka bisa mendapatkan pelajaran,"ujar Petrus Pakage, Kepala Sekolah SD YPPGI Meuwo kepada Radar Timika pekan kemarin.
Melaksanaan KBM dalam suatu ruangan besar dengan tingkatan kelas yang berbeda, jelas sangat menggangu pelaksanaan KBM. Apalagi kelas I umumnya didominasi anak-anak yang masih suka ribut ketika proses belajar mengajar berlangsung. "Tapi bagaimanapun tetap harus dijalani karena kalau tidak anak-anak mau belajar dimana,"tuturnya.
Selain ruangan, kondisi meja yang saat ini digunakan tidak efektif. Maklum yang digunakan bukan meja belajar, tetapi anak didik menjadikan sandaran bangku sebagai alas untuk menulis.
Meski kondisi fasilitas belajar tidak mendukung namun membuat guru dan anak didik patah semangat. Mereka terlihat aktif menjalankan kegiatan belajar mengajar. "ami sebagai guru tetap menjalankan kewajiban dengan baik,"tuturnya.
Masihkah kita terus mengkampanyekan bahwa akan memberikan perhatian penuh terhadap sektor pendidikan, jika mereka yang ada di depan mata saja belum sepenuhnya tersentuh. Terus bagaimana dengan pengembangan pendidikan yang jauh di pelosok Mimika? Kita berharap tidak lebih parah dari yang kini dialami anak-anak SD YPPGI Meuwo, Timika Indah.

selengkapnya......

MAJALAH YLSM KOMOPA EDISI KE-11


Teman teman sekalian kami informasihkan bahwa setelah kami terbitkan majalah ylsm komopa edisi pertama dengan judul: FAMISASI MELINDUNGI HAK-HAK MASYARAKAT PEGUNUNGAN TENGAH PAPUA BARAT KABUPATEN PANIAI
pada edisi ke-11 ini kami dari redaksi mengambil judul
HAK ULAYAT MILIK MARGA, BUKAN MILIK SUKU DAN NEGARA BERDASARKAN SEJARAH ADAT ASAL USUL MARGA PAPUA BARAT DI SEKITAR AREAL KONSESI PT. FREEPORT INDONESIA, PAPUA BARAT

maka kami Team Redaksi Majalah Ylsm komopa sangat membutukan pendapat dari teman-teman sekalian.

Apa bila teman teman ingin mau mengirim pendapat, kritik, masukan
segera kirim via E-mail: yosep_gobai@yahoo.com / ylsmkomopa@yahoo.com


Terima Kasih

selengkapnya......
Template by : YOSEP GOBAI komunitas-paniai.blogspot.com